Adalah seorang peneliti dari Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP,
Universitas Indonesia (UI) Jakarta, dengan judul penelitiannya, "Sumber
Stress dan Perilaku Coping Pada Individu Dewasa Muda dalam Hubungan Pacaran"
yang mencoba melihat lebih dalam efek yang ditimbulkan dalam pacaran, khususnya
saat terjadi putus cinta.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran peringkat sumber stress yang
dialami individu dewasa muda dalam hubungan pacaran dan melihat bagaimana
perilaku individu dewasa muda mengatasi stress (coping) dalam hubungan pacaran
pada tiap sumber stress.
Nah, hasil penelitian itu menunjukkan bahwa putus cinta menempati urutan pertama
sebagai masalah yang Paling sering dialami responden. Masalah yang lain yang
juga membikin stress responden bersumber pada masalah kepribadian. Berikutnya
diikuti oleh faktor perasaan bosan, perasaan cemburu, putus cinta, dan adanya
perbedaan.
Coba deh kamu lihat tabel berikut ini:
Tingkat Stress Remaja Berdasarkan Subjek Penelitian
Sumber Stress |
Merasa Tertekan |
Tidak Tertekan |
Total |
Masalah Kepribadian |
87 — 94,6 % |
5-5.4% |
92 |
Adanya Perbedaan |
60 — 71.4 % |
24 — 28.6 % |
84 |
Perasaan Bosan |
55 - 82.1 % |
12— 17.9 % |
67 |
Perasaan Cemburu |
84 - 81.6 % |
19— 18.4 % |
103 |
Putus Cinta |
79 - 73.1 % |
29— 16.9 % |
108 |
Metodologi Penelitian
Model Penelitian : Kuantitatif
Sifat Penelitian : Deskriptif
Analisis : Face validity dan expert judgement
Nama peneliti : Anies Syafitri
Sampel penelitian: 140 orang
Udah lihat kan? Gimana pendapat kamu? Lebih dari 50 persen
responden menyatakan bahwa pernah mengalami dan merasakan hubungan pacaran.
Semua masalah tersebut merupakan sumber stress yang bersifat psikososial yang
terjadi karena adanya tekanan, frustasi, konflik, dan perasaan cemas.
Masalah kepribadian merupakan masalah yang kerap muncul dan sering dirasakan
oleh remaja yang sedang memadu kasih, sehingga masalah ini sering menimbulkan
stress di kalangan mereka. Masalah kepribadian adalah masalah yang timbul dari
karakter kepribadian masingmasing pasangan yang menjalani hubungan pacaran. Dari
karakteristik kepribadian itu muncul tingkah laku yang dapat menyebabkan
pasangannya marah atau terganggu. Konflik yang timbul dari masalah kepribadian
ini, misalnya, watak yang tidak menyenangkan.
Watak yang tidak menyenangkan bagi pasangannya misalnya seorang pacar mempunyai
karakteristik pemarah atau emosional yang tidak stabil, atau sikap egois, juga
kurang pengertian. Coba deh kamu saksikan, sikap-sikap kayak gini pasti menjadi
sumber konflik bagi mereka berdua. Masalah kepribadian yang lain adalah perilaku
tidak bisa dipercaya, seperti suka berbohong kepada pasangan. Kamu sering kan
menyaksikan sepasang kekasih yang berantem gara-gara berbohong?
Perasaan bosan, bagi sebagian orang yang menjalani hubungan pacaran yang terlalu
lama, juga menjadi sumber stress. Beberapa pasangan mudah putus cinta karena
mereka menjadi bosan satu sama lain.
Perasaan cemburu (jealously) juga jadi faktor penyebab stress. Perasaan cemburu
muncul karena tidak percaya pada apa yang dilakukan oleh masing-masing pasangan.
Perasaan cemburu dapat menimbulkan emosi negatif seperti curiga, penolakan,
permusuhan, dan marahan. Bahkan kadang perasaan cemburu ini bisa berakibat
fatal. Perkelahian antar pelajar sering dipicu oleh persoalan cemburu ini.
http://asmaradancinta.blogspot.com/2011/11/mengobral-cinta-bahaya-tuh.html
1. Pengertian
Phinney dan Haas (2003) memberikan devinisi coping sebagai
respon seseorang terhadap situasi khusus dimana pengalaman individu
turut serta dalam mengambil sikap untuk menghindari situasi yang
menyebabkan stres.
Sementara menurut Stone dan Neale (1994) coping adalah perilaku dan
pikiran yang secara sadar digunakan untuk mengatasi atau mengontrol
akibat yang ditimbulkan dari situasi yang menyebabkan stres atau
stresor.
2. Klasifikasi Coping
Menurut Santrock (1996) strategi penanganan stres (coping) digolongkan menjadi strategi mendekat (approach strategy) dan strategi menghindar (approach strategy) meliputi usaha kognitif untuk memahami penyebab stres (stresor) dan usaha untuk menghadapi masalah stres disebut dengan cara menghadapi penyebab stres (stresor) tersebut atau konsekuensi yang di timbulkannya secara langsung. Sementara strategi menghindar (avoidance strategy)
meliputi usaha kognitif untuk menyangkal atau meminimalisir stresor dan
usaha yang muncul dalam tingkah laku untuk menarik atau menghindar dari
stresor.
Sementara menurut Aldwin dan Revenson (1997) Strategi Coping yang dapat dilakukan individu dalam menghadapi masalahnya adalah sebagai berikut:
- Kehati-hatian: individu berusaha memikirkan dan
mempertimbangkan secara matang beberapa alternatif pemecahan yang sesuai
dan dapat dilakukannya, meminta saran dan pendapat orang lain tentang
masalah yang sedang dihadapinya, bersikap hati-hati sebelum memutuskan
sesuatu atau tindakan serta mengevaluasi strategi pemecahan masalah yang
pernah dilakukan.
- Tindakan instrumental, yakni meliputi beberapa
tindakan yang ditujukan untuk menyelesaikan masalah secara langsung pada
pokok permasalahannya serta menyusun rencana-rencana selanjutnya.
- Negosiasi, meliputi usaha yang ditunjukan kepada
orang lain yang terlibat atau yang menjadi penyebab masalah yang sedang
dihadapinya untuk ikut serta memikirkan atau menyelesaikan
permasalahannya secara bersama-sama.
Banyak perluasan dan modifikasi dari dikotomi Coping tersebut, diantaranya dilakukan oleh Lazarus (dalam Santrock, 1996),dan Cowney dan Downey (1991) yang membedakan strategi Coping menjadi dua bentuk:
a. Perilaku Coping yang berorientasi pada masalah (Problem Focused Coping-PFC)
Adalah strategi kognitif dalam penenangan stres atau Coping yang digunakan oleh individu yang menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
Carver dkk., (1998) mengemukakan aspek-aspek perilaku Coping yang berorientasi pada masalah (Problem Focused Coping-PFC) yang digunakan oleh individu sebagai berikut:
- Perilaku aktif (aktive coping), merupakan
proses yang dilakukan individu berupa pengambilan langkah-langkah aktif
untuk mencoba menghilangkan, menghindari tekanan, memperbaiki pengaruh
dampaknya. Metode ini melibatkan pengambilan tindakan secara langsung,
dan mencoba untuk menyelesaikan masalah secara bijak.
- Perencanaan (planning), adalah merupakan
langkah pemecahan masalah berupa perencanaan pengelolaan stres serta
bagaimana cara yang tepat untuk mengatasinya. Perencanaan ini melibatkan
strategi-strategi tindakan, memikirkan tidakan yang dilakukan dan
menentukan cara penanganan terbaik untuk memecahkan masalah.
- Penundaan terhadap aktivitas lain yang saling bersaing (Suppresion of competing). Individu
dapat menahan diri untuk tidak melakukan aktivitas kompetitif atau
menahan semua informasi yang bersifat kompetitif agar ia bisa
berkonsentrasi penuh kepada masalah atau ancaman yang dihadapi.
- Pengekangan diri (restraint coping),
merupakan suatu respon yang dilakukan iindividu dengan cara menahan
diri (tidak terburu-buru dalam mengambil tindakan) sambil menunggu waktu
yang tepat. Respon ini dianggap bermanfaat dan diperlukan untuk
mengatasi masalah yang dihadapi.
- Mencari dukungan sosial secara instrumental (seeking social support for instrumental reason), adalah
merupakan upaya yang dilakukan untuk mencari dukungan sosial, baik
kepada keluarga maupun orang disekitarnya, dengan cara meminta nasihat,
informasi, atau bimbingan.
b. Perilaku Coping yang Berorientasi Pada Emosi (Emotion Focused Coping-EFC)
Adalah strategi penanganan stres dimana individu memberikan respon
terhadap situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan
menggunakan penilaian devensif. Aspek-aspeknya adalah:
- Mencari Dukungan Sosial Secara Emosional (seeking social support for emotional reasons), merupakan upaya untuk mencari dukungan sosial seperti, mendapat dukungan moral, simpati atau pengertian.
- Reinterpretasi positif (positive reinterpretation),
yaitu merupakan respon yang dilakukan individu dengan cara mengadakan
perubahan dan pengembangan pribadi dengan pengertian yang baru dan
menumbuhkan kepercayaan akan arti makna kebenaran yang utama yang
dibutuhkan dalam hidup.
- Peneriman diri (acceptance), yaitu individu
menerima keadaan yang terjadi apa adanya, karena individu menganggap
sudah tidak ada yang dapat dilakukan lagi untuk merubah keadaannya serta
membuat suasana lebih baik.
- Penyangkalan (denial), yakni upaya untuk
mengingkari dan melupakan kejadian atau masalah yang dialami dengan cara
menyangkal semua yang terjadi (seakan-akan sedang tidak mempu nyai
masalah).
- Kembali kepada ajaran agama (turning to religion),
yaitu usaha untuk melakukan dan meningkatkan ajaran agama yang dianut.
Aspek ini meliputi: menjalankan ajaran agama dengan baik dan benar,
berdoa, memperbanyak ibadah untuk meminta bantuan pada Tuhan dan lain
sebagainya.
3. Faktor yang mempengaruhi Coping
Menurut Parker (1986) ada tiga faktor utama yang dapat mempengaruhi seseorang dalam melakukan Coping:
a. Karakteristik Situasional
Dalam melakukan coping, seseorang akan melihat dan menilai
dan menilai situasi yang dihadapinya apakah dapat terkontrol atau
dirubah, diinginkan atau tidak diinginkan, menantanng atau mengancam.
Jika individu menilai bahwa kejadian atau masalah yang dihadapinya
menantang, maka ia akan bertindak secara rasional, berpikir
positif dan percaya diri dalam mengatasi permasalahannya. Namun
sebaliknya, jika situasi dinilai mengancam, maka biasanya ia akan
kembali kepada kepercayaan atau agama yang dianut, berpikir tentang kematian atau mengharapkan dipenuhinya semua keinginan oleh Tuhan.
b. Faktor Lingkungan
Faktor ini meliputi lingkungan fisik dan psikososial yang dapat
mempengaruhi perilakuan perasaan individu. Peran lingkungan, seperti
rumah tangga, lingkungan sekitar, tempat kerja, dan lain sebagainya,
akan mempengaruhi coping yang dilakukan oleh seseorang. Bentuk perilaku coping
dengan cara menarik diri biasanya terjadi pada seseorang yang berasal
dari keluarga yang kurang mendukung satu sama lain, kurang harmonis dan
dari status sosial ekonomi yang rendah.
c. Faktor Personal Atau Perbedaan Individu
Karakteristik perbedaan individu yang mempengaruhi manivestasi coping antara
lain jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi,
persepsi terhadap stimulus yang dihadapi dan tingkat perkembangan
kognitif individu.
http://nerys2.wordpress.com/strategi-coping/