Jumat, 06 Maret 2015

Immortal Love




Prashanta Nayak
Born in Agra, 1980

Education:

Bachelor Degree in Visual Arts, Government College of Arts & Craft, Calcutta

Solo Exhibitions:

2009 – Lalit Kala Academy, New Delhi

Group Exhibitions:

2013 – Morpichh Art Houstan, USA
2012 – Lokayata Art Gallery, New Delhi
2012 – Renaissance Gallery, Bangaluru
2009 – Lalit Kala Academy, New Delhi
2003 – Lalit Kala Academy, New Delhi

Comments:

My work is inspired by the everyday; observations of objects, events, and experiences. Figures dominate the whole thinking process of my paintings with different subjects. May call are basically concerned with human figures , Mythology and religious stories. They are the intimacies and the complexities of life such as emotions, perceptions, ideas, intellect, human conditions and interrelationships. The process allows me to reflect on the essence of the everyday. Through Explorations of these subjects, I intend to suggest a sence of connections by juxtaposing seemingly unrelated objects, marks, and patterns. Ultimately, within the visual vocabulary, I wish to decipher the unknown from the known.





























Kamis, 05 Maret 2015

Triangular Teori Cinta

Elegi Cinta: Makna dan Perjalanannya

Keinginan untuk memiliki pasangan untuk pendamping hidup seperti sudah menjadi insting kita sebagai makhluk hidup. Perjalanan mencari pasangan pun berliku-liku. Ada cerita cinta monyet yang kita alami sewaktu remaja, lika liku putus-nyambung, sampai akhirnya ke pelaminan. Namun seiring berjalannya waktu dengan pasangan,dengan naik-turunnya perasaan kita dengan pasangan, kadang terbersit pertanyaan, “Apa aku benar-benar cinta pasanganku?”.

Pertanyaan tersebut tentunya hanya bisa dijawab oleh kita sendiri, namun Robert Sternberg, seorang ilmuwan psikologi sosial, telah mencoba menelaah apa itu cinta dan membagi cinta menjadi beberapa kategori dan menamakan teorinya dengan “Triangular Theory of Love”.

Sternberg mengembangkan teori tentang cinta dengan menyebutkan bahwa cinta itu sendiri terdiri dari 3 hal, yaitu:
  1. Intimasi/keintiman – Hal-hal yang mencerminkan perasaan kedekatan, “nyambung”, dan perasaan terikat.

    Keintiman merupakan elemen afeksi yang mendorong individu untuk selalu melakukan kedekatan emosional dengan orang yang dicintainya. Dorongan ini menyebabkan individu bergaul lebih akrab, hangat, menghargai, menghormati dan mempercayai pasangan yang dicintai. Seseorang merasa intim dengan orang yang dicintai karena masing-masing individu merasa saling membutuhkan dan melengkapi antara satu dan yang lain dalam segala hal. Masing-masing merasa tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dan kehadiran pasangan hidup di sisinya.
    Keintiman relatif lebih lambat dan kemudian secara bertahap bermanifestasi sebagai meningkatkan ikatan interpersonal. Perubahan keadaan dapat mengaktifkan keintiman, yang dapat menyebabkan intimacy menurun atau justru semakin naik.
  2. Passion/hasrat – hal-hal yang mencerminkan perasaan romantis, ketertarikan fisik, dan ketertarikan secara seksual.

    Gairah merupakan elemen fisiologis yang menyebabkan seseorang merasa ingin dekat secara fisik, menikmati/merasakan sentuhan fisik, ataupun melakukan hubungan seksual dengan pasangan hidupnya. Adanya passion ini menyebabkan dinamika kehidupan cinta antara dua individu yang berbeda jenis kelamin karena merasa bergairah secara seksual terhadap pasangan hidupnya. Kebutuhan seksual merupakan salah satu unsur terpenting untuk mempertahankan kelangsungan keutuhan cinta. Namun, bila dicermati secara mendalam, passion meliputi sentuhan fisik, membelai rambut, berpegangan tangan, merangkul, memeluk dan mencium, serta hubungan seksual namun itu jika mereka sudah menikah.
    Gairah cenderung terjadi pada awal hubungan, relatif cepat dan kemudian beralih pada tingkat yang stabil sebagai hasil pembiasaan.
    Passion tiap orang berbeda tentunya, bagaimana nafsu dalam cinta diatur kadarnya sesuai dengan kenyataan bukan keinginan. So, hati-hati bagi anda yang belum halal melakukan passion berlebih. Hehehe 
  3. Komitmen – Hal-hal yang mencerminkan pilihan untuk tetap bersama dengan pasangan.

    Komitmen merupakan dorongan kognitif yang mendorong individu tetap mempertahankan hubungan cinta dengan pasangan hidup yang dicintainya. Komitmen yang sejati ialah komitmen yang berasal dari dalam diri yang tidak akan pernah pudar/luntur walaupun menghadapi berbagai rintangan, godaan, ataupun ujian berat dalam perjalanan kehidupan cintanya. Adanya rintangan, godaan, atau hambatan justru akan menjadi pemicu bagi masing-masing individu untuk membuktikan ketulusan cinta terhadap pasangan hidupnya. Komitmen akan terlihat dengan adanya upaya-upaya tindakan cinta (love behavior) yang cenderung meningkatkan rasa percaya, rasa diterima, merasa berharga, dan merasa dicintai pasangan hidupnya. Dengan demikian, komitmen akan mempererat dan melanggengkan kehidupan cinta sampai akhir hayat. Kematianlah yang memisahkan hubungan cinta tersebut.
    Komitmen meningkat relatif lambat pada awalnya, kemudian berjalan cepat, dan secara bertahap akan menetap. Ketika hubungan gagal, tingkat komitmen biasanya menurun secara bertahap dan hilang.
Kemudian Sternberg mengembangkan teorinya dengan mengemukakan jenis-jenis cinta berdasarkan kombinasi dari 3 hal tersebut:




1. Nonlove (tidak ada cinta) (Cinta Hampa)
Kondisi di mana kita tidak merasakan adanya cinta

2. Liking/Friendship (Menyukai untuk berteman) (Cinta Teman)
Dalam jenis cinta yang ini, Sternberg mengemukakan bahwa hanya ada perasaan “intimasi” yang terlibat. Merasa “nyambung”, kedekatan dan kehangatan bersama orang lain adalah motor utama seseorang dekat satu sama lain.

3. Infatuated love (Cinta Gila/Tergila-gila)
Pada infatuated love, disini tercermin bahwa perasaan yang dominan adalah hasrat / passion. Seringkali hubungan pacaran berawal dari jenis cinta yang ini. Meskipun begitu, selagi memiliki hubungan infatuated love ini, setiap pasangan harus mengembangkan perasaan intimasi atau komitmennya, atau hubungan cinta pasangan tersebut akan hilang dengan cepat.

4. Empty love (Cinta Kosong)
Jenis cinta ini dikarakteristikkan dengan komitmen tanpa adanya perasaan intimasi atau hasrat. Biasanya pasangan yang sudah menikah lama dapat merasakan hal ini. Hal yang mempertahankan hubungan mereka adalah pilihan mereka untuk tetap bersama karena berbagai macam alasan, yaitu: alasan ekonomi, alasan “takut sendiri”, atau alasan yang bersifat sosial, seperti “apa kata orang nanti”.

5. Romantic love (Cinta Romantis)
Pada romantic love, pasangan terikat secara emosial melalui intimasi dan hasrat mereka. Aspek komitmen tidak berperan di sini.

6. Companiate love (Cinta Pasangan/Sahabat)
Companiate love adalah tipe cinta yang melibatkan perasaan intimasi dan komitmen, namun tidak melibatkan hasrat. Biasanya tipe cinta ini ditemukan pada pasangan yang sudah menikah di mana hasrat seksual sudah hilang, namun perasaan kedekatan yang dalam dan komitmen untuk bersama sudah sangat dalam.

7. Fatuous Love (Cinta Bodoh/Buta)
Ini tipe cinta yang cukup unik, ditandai dengan komitmen yang terjadi karena termotivasi oleh hasrat seksual, tanpa melibatkan perasaan intimasi, atau kedekatan. Dalam hidup sehari-hari, sangat jarang ada pasangan yang mengakui bahwa hubungan mereka ‘dijaga’ oleh hasrat seksual belaka, namun menurut Sternberg hal tersebut mungkin terjadi. Hal itu diasumsikan karena hubungan percintaan merupakan hal yang sensitif dan bersifat ‘sakral’ untuk sebagian orang, maka jarang sekali ada orang yang mengakui bahwa hubungan pasangan mereka dilandasi oleh hasrat seksual belaka.

8. Consummate love (Cinta Sempurna)
Cinta tipe ini adalah tipe cinta yang lengkap dan mencerminkan jenis cinta yang ideal antara pasangan karena melibatkan ketiga aspek dari cinta, yaitu intimasi, hasrat, dan komitmen. Pasangan dapat merasakan kedekatan dan hasrat yang mendalam, sehingga mendasari mereka untuk memiliki komitmen bersama.

Untuk lebih jelasnya, berikut tabel jenis cinta dan aspek-aspek yang terlibat:



Perjalanan Cinta
Dari berbagai jenis-jenis cinta yang telah dikemukakan di atas oleh Sternberg, kita pasti pernah merasakan lebih dari satu jenis hubungan cinta dengan pasangan seiring berjalannya waktu yang dilalui dengan pasangan. Berikut adalah ilustrasi yang diberikan untuk lebih jelasnya:



I. Infatuation Love (Cinta Gila)
Kata-kata yang paling tepat untuk menggambarkan tahap ini adalah, “Cinta pada pandangan pertama”. Biasanya pada saat melihat seseorang yang menurut kita menarik secara fisik, kita dapat langsung menyukainya dan ingin mendekatinya.

II. Romantic Love (Cinta Romantis)
Pada tahap ini, secara fisik dan emosi sudah saling tertarik. Sudah ada aspek Hasrat dan intimasi yang terlibat dalam hubungan cinta ini, namun belum ada komitmen diantara mereka. Pada masa awal-awal remaja, di SLTP atau SLTA, biasanya anak-anak remaja pacaran hanya beberapa bulan, kemudian mencari pasangan yang baru.

III. Consummate love (Cinta Sempurna)
Cinta ini adalah cinta utuh di mana aspek hasrat, intimasi, dan komitmen sudah dimiliki oleh pasangan, namun hubungan cinta seperti butuh usaha yang kuat dari masing-masing pihak untuk mempertahankannya.

IV. Companiate Love (Cinta Pasangan)
Biasanya tahap ini terjadi pada orang yang sudah lama menikah. Hasrat sudah memudar karena sudah lama bersama pasangan, namun intimasi serta komitmen masih bertahan.

Teori perjalanan cinta tersebut tidak berlaku mutlak, jadi pasangan dapat mengalami 4 hal tersebut secara tidak berurutan dengan tipe-tipe cinta lainnya (Fatuous Love, empty love, dan lain-lain) atau bahkan putus di tengah jalan. Menurut Yela (1998) dan Bersheid (2010), dua orang Psikolog yang meneliti tentang cinta, seseorang dapat berganti-ganti tipe tersebut karena aspek-aspek cinta (intimasi, hasrat, dan komitmen) yang mereka alami naik-turun seiring berjalannya waktu. Jadi, bila sedang menemui masa-masa di mana kita merasa bosan  ataupun merasa tidak sayang lagi pada pasangan kita, bukan berarti kita tidak mencintainya, melainkan kita hanya sedang mengalami salah satu dari jenis-jenis cinta yang dikemukakan oleh Sternberg.

Sumber yang dipakai: 
  • Baron, Robert. A., & Byrne, Donn. (2000). Social Psychology 9th Ed. Boston: Allyn & Bacon.
  • Yela, Carlos. (1998). Temporal course of the basic components of love throughout relationships. Psychology in Spain. 2. 76-86.
  • Berscheid, Ellen. (2010). Love in the fourth dimension. Annu. Rev. Psychol. 61. 1-25.
http://ruangpsikologi.com/sosial/elegi-cinta-makna-dan-perjalanannya/
http://wandaroxanne.blogspot.com/2012/06/triangular-theory-of-love.html