Rabu, 08 November 2017

Bleketepe

Bleketepe

Bleketepe

Bleketepe


Makna dan Filosofi Bleketepe Dalam Pernikahan Adat Jawa

Penulis: Ayu Puji Lestari

Pernikahan Kahiyang Ayu, putri dari Presiden Jokowi digelar tanggal 8 November 2017. Pernikahan Kahiyang dan Bobby digelar dengan adat Jawa. Tahukah kamu jika dalam rangkaian pernikahan adat Jawa ada istilah bleketepe. Prosesi ini biasa dilakukan sebelum acara siraman.

Bleketepe

Bleketepe = anyaman daun kelapa yang masih hijau dan dipasang di atas pintu masuk rumah sebagai perwujudan penyucian lokasi.

Bleketepe sendiri adalah anyaman dari daun pohon kelapa. Pemasangan bleketepe ini dilakukan oleh orang tua pengantin saat pemasangan tarub atau tenda untuk pesta pernikahan.

Tarub

Tarub


Tarub merupakan tradisi peninggalan dari Ki Ageng Tarub, salah satu leluhur raja-raja Mataram. Saat mempunyai hajat menikahkan anaknya Dewi Nawangsih dengan Raden Bondan Kejawan, Ki Ageng membuat peneduh dari anyaman daun kelapa. Hal itu dilakukan karena rumah Ki Ageng yang kecil tidak dapat memuat semua tamu, sehingga tamu yang di luar rumah diteduhi dengan daun kelapa itu.

Bleketepe biasa terbuat dari daun kelapa yang masih hijau dengan ukuran 50x200 cm. Bleketepe yang dipasang di tarub dan mengelilingi area pernikahan merupakan perwujudan dari penyucian di kahyangan para dewa yang dinamakan Bale Katapi.
Bale artinya tempat, sedangkan Katapi berasal dari kata tapi yang artinya memisahkan kotoran kemudian dibuang. Dengan demikian Bleketepe dapat diartikan secara luas sebagai ajakan orang tua dan calon pengantin kepada semua orang yang terlibat di dalam upacara hajatan untuk berproses bersama menyucikan hati.

Pemasangan bleketepe ini juga diiringi dengan acara pemasangan tuwuhan. Jika bleketepe artinya kerjasama antar orang tua dan calon pengantin, berbeda dengan tuwuhan. Makna tuwuhan adalah harapan orang tua kepada pengantin untuk segera dapat memperoleh keturunan.

Pohon Pisang Raja

Dalam tuwuhan terdiri dati pohon pisang raja yang buahnya sudah masak. Pilihan pisang raja memiliki filosofi bahwa pasangan pengantin ini kelak memiliki kemakmuran dan kemuliaan seperti para raja.

Tebu Wulung

Cengkir Gading

Daun Randu

Kedua Tebu Wulung memiliki filosofi, diharapkan setelah memasuki jenjang pernikahan kedua mempelai memiliki jiwa bijaksana. Cengkir gadhing sebagai simbol kandungan, daun randu melambangkan sandang dan pangan dengan harapan mempelai dapat tercukupi kebutuhan sandang dan papannya. Dan terakhir adalah aneka dedaunan yang memiliki filosofi pasangan dalam menjalani pernikahan terbebas dari segala halangan.

https://www.vemale.com/ragam/108823-makna-dan-filosofi-bleketepe-dalam-pernikahan-adat-jawa.html
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/06/09/npo791-keraton-kasunanan-surakarta-jelaskan-filosofi-bleketepe



Tidak ada komentar:

Posting Komentar